Hujan tidak selalu mengajak kita menjadi manusia paling sendu sejagat raya
Kita saja yang terlalu sering meniru adegan sepasang kekasih hujan-hujanan di sinetron
Kita selalu punya alasan untuk menyalahkan hujan sebagai pengubah perasaan
Kita yang terlalu naïf, dan hujan yang terlalu dewasa
Aku selalu ingin melihat titik hujan terakhir; titik hujan yang selalu ditinggal oleh teman-temannya
Saat segerombol hujan pemula sudah mulai menyatu dengan tanah, sungai dan jalanan, titik hujan terakhir baru bersiap terjun dari langit
Tak ada jaminan bagi titik hujan terkahir untuk mendapat sambutan, bahkan tempat baginya pun tak ada
Kau tahu?
Titik hujan terakhir hanya menjadi becek, menjadi sisa-sisa yang harus rela bercampur dengan lumpur, menjadi coklat keruh atau menjadi air penyubur lumut di balik selokan
Dicemooh siapapun yang melihatnya, dianggap tidak cantik dan tidak menguntungkan
Namun cobalah lihat sejenak apa yang titik hujan malang itu lakukan
Ia tetap dengan senang hati diserap tanah, ia tetap mau ditarik naik menguap dalam gumpalan awan
Ia hanya tahu, menjadi hujan memang harus begitu;
Tak peduli akan dianggap pemenang atau pengecut, ia harus tetap melakukan tugasnya, patuh akan kuasa alam
Tak perlu merasa tersisih apalagi malu, lagipula bukankah menjadi hujan adalah pekerjaan mulia dan menyenangkan yang tak semua zat mampu melakukannya?
Tak perlu merasa menjadi mahluk tak berguna, ia justru merasa lebih baik melakukan sesuatu, daripada hanya mampu mencemooh tanpa karya apapun
Titik hujan terakhir tidak pernah merasa sendiri
Selalu ada hadiah yang diberikan langit untuknya
Hadiah yang diberikan sesekali, indah dan berwarna-warni
Berhentilah merendahkan titik hujan terakhir, karena langit yang Maha Tinggi hanya mau memberikan pelangi terindahnya untuk yang paling tulus dan bersih hatinya
Saat teman-teman hujan lainnya sudah menguap terlebih dahulu, titik hujan terakhir adalah hujan paling beruntung yang dapat melihat keindahan pelangi secara langsung dari bawah, dan pelangi lah yang menjadi tangga terindah baginya untuk kembali naik ke langit
Kau pernah mendengar cerita tentang adanya harta karun di ujung pelangi?
Aku yakin, kalaupun harta karun itu tidak sekadar dongeng belaka, titik hujan terakhir juga tak akan tergoda untuk mengambilnya
Yang ia ketahui, pelangi yang indah hanyalah tangga baginya untuk kembali ke awan, bukan jalan pintas untuk bisa lebih dihormati, bukan cara yang dipilihnya agar lebih dimuliakan
Mulia, menurut titik hujan terakhir adalah bersegera ke awan, kembali berbaris di urutan terkahir, menunggu giliran terjun bebas ke bumi.
Begitu seterusnya, dan begitu seharusnya
Kebanggaan apa lagi yang kita sombongkan kalau ternyata kalah bijak dengan titik hujan terakhir?
0 komentar:
Posting Komentar
lets talk !