Traveling For Writing


Berhasil menerjang hujan, menembus kemacetan, dan akhirnya saya sampai di gedung mandala bhakti wanitatama pada pukul 15.30.  Bertemu dengan matatita, penulis Eurotrip dan penulis Life Traveler ,windy arisanty. Inilah beberapa diskusi dari beberapa audiens yang terekam di otak saya.

Q : Ngerasa nyaman gak jadi solo traveler? kan sendirian kemana manaa ?
A : Di dunia ini kita tidak sendiri. Banyak orang baik di luar sana yang akan selalu membantu kita. Contohnya saja, pada hari ini, saya jalan jalan sendirian ke Boroboudur. Saya mendapat banyak hal dengan bersolo traveler.

Q : Pengen ke mana aja?
A : Semua tempat ingin saya kunjungi. Dan hari ini juga, keinginan saya untuk ke kampung bahasa di kaki pegunungan Menoreh pun terpenuhi. 

Q : Ide menulis datangnya dari mana?
A : Kebanyakan permasalahan orang kayak gini. Padahal, semua orang punya ide, setiap saat kita punya ide. Masalahnya, kita tidak bisa menghargai ide kita, tidak bisa menghargai apa yang sedang kita pikirkan sekarang, sekecil apapun itu. Selain itu, kadang kita merasa tidak cukup penting dalam alur peristiwa yang kita lalui. Sekecil apapnu peranan kita, jika kita mengemas tulisan dengan baik, akan meghasilkan sebuah tulisan yang oke. Ditambah lagi, banyak orang yang lupa akan proses, langsung mengharapkan hasil yang besar. Tulisan saya ditolak 69 kali lho, hingga pada akhirnya tulisan saya dimuat dalam media masa. Tetapi, itu semua sebuah proses, proses belajar menulis.

Q : Mulai menulis darimana?
A : Yang tau jawabannya dirimu sendiri. Menulis bukanlah hal linear. Gak harus judul dulu. Ada orang yang sudah tau ending tulisannya tapi bingung mau mengawali tulisannya bagaimana. Menulis itu bukan bakat, bukan bacot. Menulis hanya butuh latihan, latihan dan latihan. Menulis itu perlu kejujuran. Apa yang dirasakan, dipikirkan, tuangkan dalam tulisan.

Q : Apa tantangan terbesar selama menjadi penulis?
A : Saya  seorang editor. Editor bertugas menolak, memperbaiki, editing setiap karya yang masuk dari penulis kepada penerbit. Ketika editor menjadi penulis, banyak orang yang berpikiran bahwa tulisan saya pasti akan sangat luar biasa. Ada juga rasa ketakutan jika penulis  yang novelnya saya tolak, justru akan menertawakan tulisan saya. Tapi itu hanya ketakutan sesaat

Q : Bagaimana sikap terhadap kritikan yang masuk ?
A :  Setalah tulisan kita terbit, tulisan itu bukan milik kita lagi, tulisan menjadi milik pembaca. Harus siap dengan respon apapun dari pembaca.Pernah saya (windy) disuruh berhenti menulis oleh penggemar saya. Dia kecewa dengan tulisan saya dan lebih senang jika saya menjadi editor. Dia selalu membeli buku yang dieditori saya. Wah, ini hal yang luar biasa sekali. Jarang sekali profesi editor dilihat orang. Tapi, saya tidak berhenti begitu saya, saya mencintai dunia writing. So, saya membuktikannya di buku saya yang berjudul Life Traveler in. Dia bilang kepada saya  bahwa tulisan saya bagus dalam buku ini.

Q : Gimana ngurus keluarga, traveling dan nulisnya ?
A : (Matatita sudah berkeluarga) Gak gimana gimana. Malah semakin harmonis dengan sering jalan jalan bareng. Jangan pernah salahkan pernikahan untuk tidak produktif. Yang mau nikah siapa ? Yang nyuruh nikah siapa? Yang mau pengen punya anak siapa ? Jangan jadikan alasan. Semua bisa terlaksana dengan baik kalau kita bisa mengaturnya dengan baik. Kalo udah nikah gak bebas, kalo punya anak bikin repot, itulah resiko. Dan tergantung masing masing pribadi menyikapinya.




0 komentar:

Posting Komentar

lets talk !

 
OH, GOOD DAY! © 2012 | Designed by Rumah Dijual, in collaboration with Buy Dofollow Links! =) , Lastminutes and Ambien Side Effects